Jumat, 08 Mei 2015

Tugas 3 : Contoh Proposal Skripsi

BAB I
PENDAHULUAN
  1. A.    LATAR BELAKANG
Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan di segala bidang, kebutuhan air bersih tentu saja akan semakin meningkat. Air merupakan hal yang pokok bagi konsumsi umat manusia, tanaman, dan berbagai kebutuhan lainnya. Kondisi yang diinginkan oleh tiap orang adalah tersedianya air bersih sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Air tersebar tidak merata di atas bumi, sehingga ketersediannya di suatu tempat akan bervariasi mengikuti waktu. Oleh karena itu diperlukan upaya – upaya untuk meningkatkan ketersediaan air bersih yang akan berguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga perlu dilakukan penelaahan secara seksama terhadap masalah pemanfaatan air agar pengaturan air lebih efektif dan efisien. Karena itu pengelolaan air yang mengarah kepada optimasi pemakaian air.
Dalam pengelolaan sumber daya air dibutuhkan kegiatan studi pengembangan sumber daya air yang sesuai dengan kebutuhan. Umumnya perkiraan ketersediaan air dilakukan berdasarkan pencatatan data debit sumber air yang berkesinambungan dan panjang. Akan tetapi di Indonesia pada umumnya data tersebut tidaklah panjang. Melihat kondisi yang seperti itu maka dibutuhkan suatu model yang dapat mensimulasikan data hujan dan data iklim menjadi data debit  Penyediaan air bersih di Indonesia selama ini dilakukan oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), salah satunya adalah PDAM Jayapura yang menyediakan air bersih untuk wilayah Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Selama ini penyediaan air bersih bagi penduduk Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura seringkali terkendala. Penyebab dari krisis ketersediaan air ini antara lain kebocoran pipa, debit dari sumber yang fluktuatif, dan lain sebagainya. Sumber air bersih untuk Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura ini berasal dari mata air dan sungai daerah upstream (hulu sungai). Sumber air bersih ini fluktuatif karena dipengaruhi oleh besarnya curah hujan. Apabila curah hujan menurun maka debit air pada sumber air bersih ini akan menurun, begitu pula sebaliknya apabila curah hujan meningkat maka debit air akan meningkat. Kondisi ini diperparah dengan semakin berkurangnya fungsi hutan. Beberapa tahun terakhir ini penjarahan hutan atau penebangan liar di kawasan hutan makin marak terjadi dimana-mana seakan-akan tidak terkendali. Ancaman kerusakan hutan ini jelas akan menimbulkan dampak negatif yang luar biasa besarnya karena adanya efek domino dari hilangnya hutan, terutama pada kawasan-kawasan yang mempunyai nilai fungsi ekologis dan biodiversitas besar. Peran hutan sangat besar dalam menyokong kehidupan manusia, salah satu diantaranya dari kemampuan sebagai regulator air melalui berbagai proses dalam siklus hidrologi yang berlangsung di dalamnya.
Dari hasil kajian mengenai truktur geologi menunjukan bahwa sebagian besar tanah di Jayapura berupa batuan sedimen tersier dan pleistosen tanpa kapur, konglomerat, batu liat, debu, pasir dan beberapa nopal (65%). Sedangkan sebagian lainnya berupa deposit kwarter (rawa) yang menutupi batuan sedimen tersier dan pleistosin (17%), karang koral, batuan liat, batu kapur/gamping, granit dan sebagainya. Batuan dasar Pegunungan Cycloop merupakan batuan metamorfosis. Di samping itu sebagian besar lapisan tanah bagian atas sangat tipis selebihnya merupakan batuan keras yang bukan merupakan akuifer sehingga potensi penyimpanan air hujan sangat tergatung dari luas permukaan. Kondisi yang demikian mengakibatkan fluktuasi debit sumber air menjadi semakin tinggi bila terjadi pengurangan luas Daerah Tangkapan Air. Semua sungai dan mata air yang menuju ke daerah Jayapura berasal dari Pegunungan Cycloop dengan struktur batuan seperti tersebut diatas. Oleh karena itu, peranan Pegunungan Cycloop yang merupakan hutan itu sangat penting dan perlu dijaga kelestariannya. Kuantitas aliran sungai yang ada sangat tergantung dari tingkat kelestarian daerah tangkapan air Cycloop.
Melihat permasalahan tersebut maka diperlukan perhitungan kembali debit andalan pada sumber-sumber air bersih. Perhitungan ini diperlukan agar pemenuhan kebutuhan air bersih sesuai dengan potensi yang ada. Potensi air yang ada diharapkan dapat dijadikan indikator dalam jumlah pemenuhan kebutuhan air untuk komunitas wilayah, sehingga air dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan pengembangan sumber daya air perlu dilaksanakan dengan tepat.
  1. B.     RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahas dalam penyusunan Tugas ini adalah:
  1. Berapa debit andalan dari tiap sumber air bersih PDAM Jayapura?
  2. Berapa kebutuhan air bersih penduduk Kota Jayapura?
  3. Berapa keseimbangan air bersih di Kota Jayapura?
  4. Memberikan rekomendasi untuk masalah krisis ketersediaan air bersih di Kota Jayapura?
    1. C.    TUJUAN
Tujuan penyusunan Tugas ini adalah:
  1. Untuk mengetahui  hasil perhitungan debit andalan dari tiap sumber air bersih PDAM Jayapura.
  2. Untuk mengetahui hasil perhitungan kebutuhan air bersih penduduk Kota Jayapura.
  3. Untuk mengetahui hasil perhitungan keseimbangan air bersih di Kota Jayapura.
    1. Memberikan rekomendasi untuk masalah krisis ketersediaan air bersih di Kota Jayapura.

  1. D.    MANFAAT
Manfaat yang didapatkan dari Tugas ini adalah:
  1. Memberikan gambaran mengenai kondisi ketersediaan air bersih bagi penduduk Kota dan Kabupaten Jayapura.
  2. Hasil perhitungan dari debit andalan dari tiap sumber air bersih PDAM Jayapura dapat digunakan untuk pengembangan ke tahap selanjutnya dalam upaya mengatasi krisis dalam ketersediaan air bersih bagi penduduk Kota dan Kabupaten Jayapura.
  3. Dapat memberikan rekomendasi untuk masalah krisis ketersediaan air bersih di Kota Jayapura.
  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Air
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008).
Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-) (Allafa, 2008).
Selanjutnya yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es.  Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan dan air atmosfer, yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan (Kusnoputranto, 2000).

B.     Sumber-sumber Air
Sumber air dapat dibedakan atas :
a) Air Hujan
Air hujan merupakan air yang didapat dari angkasa, karena terjadinya proses presipitasi (peristiwa jatuhnya air ke bumi). Air hujan merupakan penyubliman uap air menjadi air murni yang ketika turun ke bumi melalui udara melarutkan zat-zat dan partikel yang terdapat di udara seperti oksigen, karbondioksida, bakteri, debu dan lain-lain sehingga kualitasnya menjadi rendah (Kusnoputranto, 2000).
b) Air Permukaan tanah (surface water).
Air permukaan dapat berupa air yang tergenang atau air yang mengalir seperti danau, sungai, laut, rawa dan lain-lain (Azwar, 1996). Air permukaan harus diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan karena umumnya telah mengalami pencemaran (Entjang, 1985).
c) Air Tanah dalam (ground water).
Air tanah adalah air yang diperoleh dari pengumpulan air pada lapisan tanah dalam. Air ini umumnya sangat bersih karena telah mengalami penyaringan oleh tanah atau batu-batuan. Hanya saja kemungkinan mengandung zat mineral dalam kadar yang tinggi. Contoh air tanah, air sumur dan mata air (Azwar, 1996).
C.    Air Sungai
1.      Pengertian Air Sungai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 35 tahun 1991 tentang sungai, yang dimaksud dengan sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai (Gayo, 1994).
Jadi yang dimaksud dengan air sungai adalah salah satu badan air yang menghasilkan air di atas permukaan daratan yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah. Secara umum air baku yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar (Kusnoputranto, 1986).
2.      Pengolahan Air sungai
Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemar akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar. Hampir setiap hari sungai menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara alamiah, buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran air permukaan, daerah urban dan pertanian (Darwono, 2001).
Air sungai pada umumnya telah mengalami pencemaran, karena itu perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Pengolahan (purifikasi) air ini dapat dibagi dalam dua golongan yaitu purifikasi alami dan purifikasi buatan. Dalam purifikasi buatan ini air mengalami tiga proses secara bertahap yaitu proses koagulasi, filtrasi dan desinfeksi. Setelah mengalami ketiga proses tadi barulah air sungai dapat dipergunakan untuk kepentingan rumah tangga (RT).
Secara sederhana di tiap-tiap rumah dapat dibuat instalasi pengolahan air sehingga memenuhi syarat kesehatan yang akan sangat membantu pula pada usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit yang ditularkan melalui air. Untuk masyarakat luas pengolahan air permukaan ini dilaksanakan di instalasi yang dibangun pemerintah dan dibagikan melalui pipa (Entjang, 1985).

  1. D.    Air Bersih
  2. 1.      Pengertian Air Bersih
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak mengandung mineral/kuman-kuman yang membahayakan tubuh. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Air bersih merupakan air yang tidak menyebabkan penyakit bagi manusia. Oleh karena itu, air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, sekurang-kurangnya diusahakan mendekati persyaratan air yang telah ditentukan (Kusnoputranto, 2000).
2.      Standar Kualitas Air Bersih
Untuk keperluan hidup manusia sehari-hari, air harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berdasarkan kepentingan kesehatan manusia. Hal yang pokok adalah agar air yang diminum atau dipakai manusia tidak membahayakan manusia. Pada umumnya kualitas air bersih harus memenuhi syarat-syarat kesehatan baik secara fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif sesuai Permenkes No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang persyaratan air bersih (Depkes RI, 1990).
  1. E.     Kriteria Penyediaan Air Bersih
Untuk mendapatkan hasil perencanaan sistem penyediaan air bersih yang baik, yaitu supply air tersedia setiap saat dengan debit dan tekanan yang cukup, serta kualitas memenuhi syarat, maka diperlukan kriteria perencanaan agar sistem berikut dimensi dan spesifikasi komponen sistem mempunyai kinerja yang baik. Kriteria perencanaan yang digunakan berpedoman pada kriteria perencanaan dan petunjuk teknik bidang air bersih. Secara umum kriteria perencanaan yang digunakan dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
  • Penentuan daerah pelayanan disesuaikan dengan kondisi setempat berdasarkan kepadatan penduduk.
  • Cakupan pelayanan atau banyaknya penduduk yang dilayani sistem air bersih.
  • Tingkat pelayanan atau cara penyampaian air ke konsumen.
  • Usaha pelayanan air bersih ke konsumen pada umumnya melalui 2 cara yaitu melalui Sambungan Rumah (SR) dan Hydrant Umum (HU), dengan perbandingan berkisar antara 50:50 atau 80:20 dimana faktor cost recovery merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Besarnya angka perbandingan tersebut ditetapkan berdasarkan hasil survey dilapangan.
  • Kebutuhan dasar atau besarnya pemakaian air perhari, tergantung pada jenis kawasan kota kecil, sedang dan metropolitan. Di daerah perkotaan, pemakaian air untuk sambungan rumah adalah 100-120 l/org/hari sedangkan untuk hydrant umum adalah 30 l/org/hari.
  • Pelayanan  fasilitas non domestik diperhitungkan sebesar 10-30% dari kebutuhan domestik.
  • Kebocoran/kehilangan air, biasanya diasumsikan sebesar 20% dari total produksi.
  • Fluktuasi pemakaian air.
  • Pemakaian air pada hari maksimum = (1,10-1,15) x Qtotal.
  • Pemakaian air pada jam maksimum = (1,50-2,00) x Qtotal.
  • Pipa transmisi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit hari maksimum.
  • Pipa distribusi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit jam puncak.
  • Kapasitas reservoir pada umumnya berkisar antara 15-20% dari total produksi (Qmax).
  • Tekanan air dalam pipa:
-          Tekanan maksimum direncanakan sebesar 75 m kolom air
-          Tekanan minimum direncanakan sebesar 10 m kolom air
  • Kecepatan pengaliran dalam pipa
-          Transmisi 0,6 – 4,0 m/detik
-          Distribusi 0,6 – 2,0 m/detik
  • Koefisien kekasaran pipa
Untuk perhitungan hidrolis baik untuk pipa transmisi maupun distribusi, koefisien kekasaran pipa (koefisien Hazen William) digunakan nilai sebagai berikut:
-          Pipa PVC : 120 -140
-          Pipa Steel : 120
-          Pipa GIP : 110
  • Pipa distribusi, pengaliran pada konsumen dengan menggunakan jaringan pipa yang direncanakan dapat mengalirkan air dengan jumlah sesuai kebutuhan jam puncak dengan waktu pengaliran sepanjang 24 jam.
  • Tekanan dan kecepatan pengaliran di dalam pipa, tekanan statis maksimum sebesar 75 mka atau tergantung pada spesifikasi komponen sistem. Kecepatan pengaliran 0,3-3 m/detik.
Kriteria perencanaan didasarkan pada pedoman perencanaan sektor air bersih yang dikeluarkan oleh Direktorat Air Bersih PU – Cipta Karya.
Tabel II.3
Alokasi dan Prosentase Pelayanan
No
Uraian
Prosentase Pelayanan
Tingkat Pelayanan
1
Hidran Umum
Tergantung dari hasil studi dan kebijakan daerah yaitu berkisar antara 20-40% daerah  pelayanan
Tergantung dari hasil studi dan kebijakan daerah yaitu berkisar antara 50-100 jiwa/HU
2
Sambungan Rumah
Tergantung dari hasil studi dan kebijakan daerah yaitu berkisar antara 60-80% pelayanan
Tingkat pemakaian air berdasarkan kategori kota yaitu :
Metropolitan 190 l/org/hari
Kota Besar 170 l/org/hari
Kota Sedang 150 l/org/hari
Kota Kecil 130 l/org/hari
Kecamatan 100 l/org/hari
Dengan perkiraan 1 SR melayani 4-6 jiwa.
3
Pemadam kebakaran
Kebutuhan pemadam kebakaran diambil 20% dari kapasitas reservoir atau 5% dari kebutuhan domestic

Sumber : Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998

Tabel II.4
Pedoman Perencanaan Air Bersih PU Cipta Karya
No
Uraian
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduknya
Kota Sedang
100.000 – 500.000
Kota Kecil
20.000 – 100.000
Perdesaan
3.000 – 20.000
1
Konsumsi unit Sambungan Rumah (SR) l/org/hari
100-150
100-150
90-100
2
Persentase konsumsi unit non domestik terhadap konsumsi domestik
25-30
20-25
10-20
3
Persentase kehilangan air (%)
15-20
15-20
15-20
4
Faktor Hari Maksimum
1.1
1.1
1.1-1.25
5
Faktor jam puncak
1.5-2.0
1.5-2.0
1.5-2.0
6
Jumlah jiwa per SR
6
5
4-5
7
Jumlah jiwa per Hidrant Umum (HU)
100
100-200
100-200
8
Sisa tekan minimum di titik kritis jaringan distribusi (meter kolom air)
10
10
10
9
Volume reservoir (%)
20-25
15-20
12-15
10
Jam operasi
24
24
24
11
SR/HU (dalam % jiwa)
80-20
70-30
70-30
Sumber : Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998
  1. F.     Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang menentukan besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Jumlah penduduk
  2. Jenis kegiatan
  3. Standar konsumsi air untuk individu
  4. Jumlah sambungan
Target pelayanan dapat merupakan potensi pasar atau mengacu pada kebijaksanaan nasional. Asumsi-asumsi lain yang digunakan mengikuti kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:
  1. Cakupan pelayanan
  2. Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
  3. Jenis sambungan
  4. Tingkat kebutuhan konsumsi air
  5. Perbandingan SR/HU
  6. Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
  7. Angka kebocoran
  8. Penanggulangan kebakaran
Perencanaan pengadaan sarana prasarana air bersih dilakukan dengan memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan bagi daerah perencanaan. Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan menggunakan data proyeksi jumlah penduduk, standar kebutuhan air bersih, cakupan pelayanan, koefisien kehilangan air, dan faktor puncak yang diperhitungkan untuk keamanan hitungan perencanaan.
  1. 1.      Satuan Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air terbagi atas kebutuhan untuk:
  1. Rumah Tangga
  2. Non Rumah Tangga
Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih sesuai dengan kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk.
Tabel II.1
Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
No
Kategori Kota
Jumlah Penduduk
Sistem
Tingkat Pemakaian Air
1
Kota Metropolitan
> 1.000.000
Non Standar
190
2
Kota Besar
500.000 – 1.000.000
Non Standar
170
3
Kota Sedang
100.000 – 500.000
Non Standar
150
4
Kota Kecil
20.000 – 100.000
Standar BNA
130
5
Kota Kecamatan
< 20.000
Standar IKK
100
6
Kota Pusat Pertumbuhan
< 3.000
Standar DPP
30






Sumber : SK-SNI Air Bersih

Tabel II.2
Tingkat Pemakaian Air Non Rumah Tangga
No
Non Rumah Tangga (fasilitas)
Tingkat Pemakaian Air
1
Sekolah
10 liter/hari
2
Rumah Sakit
200 liter/hari
3
Puskesmas
(0,5 – 1) m3/unit/hari
4
Peribadatan
(0,5 – 2) m3/unit/hari
5
Kantor
(1 – 2) m3/unit/hari
6
Toko
(1 – 2) m3/unit/hari
7
Rumah Makan
1 m3/unit/hari
8
Hotel/Losmen
(100 – 150) m3/unit/hari
9
Pasar
(6 – 12) m3/unit/hari
10
Industri
(0,5 – 2) m3/unit/hari
11
Pelabuhan/Terminal
(10 – 20) m3/unit/hari
12
SPBU
(5 – 20) m3/unit/hari
13
Pertamanan
25 m3/unit/hari
Sumber : SK-SNI Air Bersih
  1. 2.      Kehilangan Air
Kehilangan air merupakan banyaknya air yang hilang. Hilang yang diperlukan bagi penjagaan tujuan penyediaan air bersih, yaitu tercukupinya kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya dan yang disebabkan aktivitas penggunaan dan pengolahan air. Kehilangan ini ditentukan dengan mengalikan faktor tertentu (15-20%) dengan angka total produksi air.


Kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
  1. Kehilangan air rencana (unacounted for water)
Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi dan pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan hal lain yang direncanakan beban biaya.
  1. Kehilangan air insidentil
Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air yang tidak dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.
  1. Kehilangan air secara administratif
Kehilangan air secara administratif adalah dapat disebabkan oleh:
  • Kesalahan pencatatan meteran
  • Kehilangan air akibat sambungan liar
  • Kehilangan akibat kebocoran dan pencurian illegal
Perencanaan kebutuhan air bersih yang aman biasanya memperhitungkan kondisi pada saat terjadinya kebutuhan maksimum (puncak). Untuk keamanan perencanaan jalur transmisi dan instalasi pengolahan, digunakan faktor hari puncak, sedangkan untuk keamanan rancangan reservoir dan distribusi, digunakan faktor jam puncak.
Dalam menangani penyediaan air bersih umumnya dan air minum pada khususnya perlu adanya standar kualitas air. Ada beberapa standar kualitas air bersih, diantaranya :
1. Standar Kualitas dari Departemen Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakatnya.
2. Standar Kualitas Air WHO
Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan peraturan tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi. Peraturan yang ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan sebagai pedoman bagi negara anggota. Namun demikian masing-masing negara anggota, dapat pula menetapkan syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.
G.    Air Sungai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 35 tahun 1991 tentang sungai, yang dimaksud dengan sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai (Gayo, 1994).
Jadi yang dimaksud dengan air sungai adalah salah satu badan air yang menghasilkan air di atas permukaan daratan yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah. Secara umum air baku yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar (Kusnoputranto, 1986).
  1. H.    Debit Andalan
Debit andalan merupakan debit yang diandalkan untuk suatu probabilitas tertentu. Probabilitas untuk debit andalan ini berbeda-beda. Untuk keperluan irigasi biasa digunakan probabilitas 80%. Untuk keperluan air minum dan industri tentu saja dituntut probabilitas yang lebih tinggi, yaitu 90% sampai dengan 95% (Soemarto, 1987).
Makin besar persentase andalan menunjukkan penting pemakaiannya dan menunjukkan prioritas yang makin awal yang harus diberi air. Dengan demikian debit andalan dapat disebut juga sebagai debit minimum pada tingkat peluang tertentu yang dapat dipakai untuk keperluan penyediaan air. Jadi perhitungan debit andalan ini diperlukan untuk menghitung debit dari sumber air yang dapat diandalkan untuk suatu keperluan tertentu.
  1. I.       Ketersediaan Air
Ketersediaan air diasumsikan dengan tersedianya air di sungai, meskipun dalam pengkajian irigasi, curah hujan efektif juga termasuk dalam ketersediaan air. Perhatian utama dalam ketersediaan air adalah pada aliran sungai, tetapi dengan beberapa pertimbangan hujan termasuk di dalamnya (Dep. PU 1983). Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air antara lain (Linsley,dkk. 1986). :
  1. Iklim
  2. Ciri-ciri penduduk
  3. Masalah lingkungan hidup
  4. Industri dan perdagangan
  5. Iuran air dan meteran
  6. Ukuran kota
  7. Kebutuhan konservasi air
  8. J.      Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah bagian inti dari hidrologi yang tidak mempunyai awal dan akhir, dimana siklus hidrologi merupakan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut dan tidak pernah habis. Air tersebut akan tertahan sementara di sungai, waduk atau danau, dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk lain (Asdak, 1995).


  
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
  1. A.                Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kwantitatif, yaitu menghitung kwantitas dalam bentuk volume kebutuhan air bersih pada masyarakat Kota/Kabupaten Jayapura dan jumlah volum ketersediaaan air bersih pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura.
Metode yang digunakan untuk menganalisi ketersediaan air adalah dengan menggunakan metode F.J Mock dimana pada prinsipnya, metode Mock memperhitungkan volume air yang masuk, keluar dan yang disimpan dalam tanah
B.                 Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu    : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juni 2013.
Tempat  : Ada pun tempat pelaksanaan penelitian yaitu Kota/Kabupaten Jayapura.
C.                Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah masyarakat Kota/Kabupaten Jayapura yang menggunakan air bersih dari Persahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura. Sedangkan untuk penelitian ini tidak menggunakan sampel penelitian karena penelitian ini terdukung dengan ketersediaan data primer yang lengkap untuk keseluruan populasi.
D.                Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pemakaian air bersih oleh masyarakat Kota/Kabupaten Jayapura yang diambil dari Kantor PDAM Jayapura dan data curah hujan serta debit sumber air bersih serta beberapa data pendukung yang dibutuhkan dalam hal ini yang dapat diambil dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jayapura.
 Data primer :
  • Curah hujan rata-rata
  • Evapotranpirasi
  • Kelebihan air (water surplus)
  • Infiltrasi
  • Tampungan air Tanah (Ground Water Storage)
  • Aliran dasar (base flow)
  • Limpasan permukaan ( run off)
  • Total Aliran (kebutuhan masyarakat)
Data sekunder :
  • Peta wilayah
  • Data curah hujan
  • Data klimatologi yang terdiri dari data temperatur,
  • Kondisi catchment area


Tidak ada komentar:

Posting Komentar