BAB I
PENDAHULUAN
- A. LATAR
BELAKANG
Peningkatan jumlah penduduk dan
perkembangan pembangunan di segala bidang, kebutuhan air bersih tentu saja akan
semakin meningkat. Air merupakan hal yang pokok bagi konsumsi umat manusia,
tanaman, dan berbagai kebutuhan lainnya. Kondisi yang diinginkan oleh tiap
orang adalah tersedianya air bersih sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup dan
kualitas yang memadai. Air tersebar tidak merata di atas bumi, sehingga
ketersediannya di suatu tempat akan bervariasi mengikuti waktu. Oleh karena itu
diperlukan upaya – upaya untuk meningkatkan ketersediaan air bersih yang akan
berguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kebutuhan air bagi kepentingan
manusia semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga
perlu dilakukan penelaahan secara seksama terhadap masalah pemanfaatan air agar
pengaturan air lebih efektif dan efisien. Karena itu pengelolaan air yang
mengarah kepada optimasi pemakaian air.
Dalam pengelolaan sumber daya air
dibutuhkan kegiatan studi pengembangan sumber daya air yang sesuai dengan
kebutuhan. Umumnya perkiraan ketersediaan air dilakukan berdasarkan pencatatan
data debit sumber air yang berkesinambungan dan panjang. Akan tetapi di
Indonesia pada umumnya data tersebut tidaklah panjang. Melihat kondisi yang
seperti itu maka dibutuhkan suatu model yang dapat mensimulasikan data hujan
dan data iklim menjadi data debit Penyediaan air bersih di Indonesia
selama ini dilakukan oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), salah satunya
adalah PDAM Jayapura yang menyediakan air bersih untuk wilayah Kota Jayapura
dan Kabupaten Jayapura. Selama ini penyediaan air bersih bagi penduduk Kota
Jayapura dan Kabupaten Jayapura seringkali terkendala. Penyebab dari krisis
ketersediaan air ini antara lain kebocoran pipa, debit dari sumber yang
fluktuatif, dan lain sebagainya. Sumber air bersih untuk Kota Jayapura dan
Kabupaten Jayapura ini berasal dari mata air dan sungai daerah upstream (hulu
sungai). Sumber air bersih ini fluktuatif karena dipengaruhi oleh besarnya
curah hujan. Apabila curah hujan menurun maka debit air pada sumber air bersih
ini akan menurun, begitu pula sebaliknya apabila curah hujan meningkat maka
debit air akan meningkat. Kondisi ini diperparah dengan semakin berkurangnya
fungsi hutan. Beberapa tahun terakhir ini penjarahan hutan atau penebangan liar
di kawasan hutan makin marak terjadi dimana-mana seakan-akan tidak terkendali.
Ancaman kerusakan hutan ini jelas akan menimbulkan dampak negatif yang luar
biasa besarnya karena adanya efek domino dari hilangnya hutan, terutama pada
kawasan-kawasan yang mempunyai nilai fungsi ekologis dan biodiversitas besar.
Peran hutan sangat besar dalam menyokong kehidupan manusia, salah satu
diantaranya dari kemampuan sebagai regulator air melalui berbagai proses dalam
siklus hidrologi yang berlangsung di dalamnya.
Dari hasil kajian mengenai truktur
geologi menunjukan bahwa sebagian besar tanah di Jayapura berupa batuan sedimen
tersier dan pleistosen tanpa kapur, konglomerat, batu liat, debu, pasir dan
beberapa nopal (65%). Sedangkan sebagian lainnya berupa deposit kwarter (rawa)
yang menutupi batuan sedimen tersier dan pleistosin (17%), karang koral, batuan
liat, batu kapur/gamping, granit dan sebagainya. Batuan dasar Pegunungan
Cycloop merupakan batuan metamorfosis. Di samping itu sebagian besar lapisan
tanah bagian atas sangat tipis selebihnya merupakan batuan keras yang bukan
merupakan akuifer sehingga potensi penyimpanan air hujan sangat tergatung dari
luas permukaan. Kondisi yang demikian mengakibatkan fluktuasi debit sumber air
menjadi semakin tinggi bila terjadi pengurangan luas Daerah Tangkapan Air.
Semua sungai dan mata air yang menuju ke daerah Jayapura berasal dari
Pegunungan Cycloop dengan struktur batuan seperti tersebut diatas. Oleh karena
itu, peranan Pegunungan Cycloop yang merupakan hutan itu sangat penting dan
perlu dijaga kelestariannya. Kuantitas aliran sungai yang ada sangat tergantung
dari tingkat kelestarian daerah tangkapan air Cycloop.
Melihat permasalahan tersebut maka
diperlukan perhitungan kembali debit andalan pada sumber-sumber air bersih.
Perhitungan ini diperlukan agar pemenuhan kebutuhan air bersih sesuai dengan
potensi yang ada. Potensi air yang ada diharapkan dapat dijadikan indikator dalam
jumlah pemenuhan kebutuhan air untuk komunitas wilayah, sehingga air dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan dan pengembangan sumber daya air perlu
dilaksanakan dengan tepat.
- B.
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahas dalam
penyusunan Tugas ini adalah:
- Berapa debit andalan dari tiap
sumber air bersih PDAM Jayapura?
- Berapa kebutuhan air bersih
penduduk Kota Jayapura?
- Berapa keseimbangan air bersih
di Kota Jayapura?
- Memberikan rekomendasi untuk
masalah krisis ketersediaan air bersih di Kota Jayapura?
- C. TUJUAN
Tujuan penyusunan Tugas ini adalah:
- Untuk mengetahui hasil
perhitungan debit andalan dari tiap sumber air bersih PDAM Jayapura.
- Untuk mengetahui hasil
perhitungan kebutuhan air bersih penduduk Kota Jayapura.
- Untuk mengetahui hasil
perhitungan keseimbangan air bersih di Kota Jayapura.
- Memberikan rekomendasi untuk
masalah krisis ketersediaan air bersih di Kota Jayapura.
- D. MANFAAT
Manfaat yang didapatkan dari Tugas
ini adalah:
- Memberikan gambaran mengenai kondisi
ketersediaan air bersih bagi penduduk Kota dan Kabupaten Jayapura.
- Hasil perhitungan dari debit
andalan dari tiap sumber air bersih PDAM Jayapura dapat digunakan untuk
pengembangan ke tahap selanjutnya dalam upaya mengatasi krisis dalam
ketersediaan air bersih bagi penduduk Kota dan Kabupaten Jayapura.
- Dapat memberikan rekomendasi
untuk masalah krisis ketersediaan air bersih di Kota Jayapura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Air
Air dapat berwujud padatan (es),
cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara
alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah
substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul air tersusun atas dua
atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa,
2008).
Zat kimia ini merupakan suatu
pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam
molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air
melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase
cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air
dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi
(berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-) (Allafa, 2008).
Selanjutnya yang dimaksud dengan air
adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah
dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan dan air atmosfer,
yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal
dengan air hujan (Kusnoputranto, 2000).
B.
Sumber-sumber Air
Sumber air dapat dibedakan atas :
a) Air Hujan
Air hujan merupakan air yang didapat
dari angkasa, karena terjadinya proses presipitasi (peristiwa jatuhnya air ke
bumi). Air hujan merupakan penyubliman uap air menjadi air murni yang ketika
turun ke bumi melalui udara melarutkan zat-zat dan partikel yang terdapat di
udara seperti oksigen, karbondioksida, bakteri, debu dan lain-lain sehingga
kualitasnya menjadi rendah (Kusnoputranto, 2000).
b) Air Permukaan tanah (surface
water).
Air permukaan dapat berupa air yang
tergenang atau air yang mengalir seperti danau, sungai, laut, rawa dan
lain-lain (Azwar, 1996). Air permukaan harus diolah terlebih dahulu sebelum
dipergunakan karena umumnya telah mengalami pencemaran (Entjang, 1985).
c) Air Tanah dalam (ground water).
Air tanah adalah air yang diperoleh
dari pengumpulan air pada lapisan tanah dalam. Air ini umumnya sangat bersih
karena telah mengalami penyaringan oleh tanah atau batu-batuan. Hanya saja
kemungkinan mengandung zat mineral dalam kadar yang tinggi. Contoh air tanah,
air sumur dan mata air (Azwar, 1996).
C.
Air Sungai
1.
Pengertian Air Sungai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI
No 35 tahun 1991 tentang sungai, yang dimaksud dengan sungai adalah
tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air
sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan.
Sungai yaitu saluran pengaliran air
yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di
laut/danau. Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke
tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan
akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang
panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan
disebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di
dalamnya disebut sungai (Gayo, 1994).
Jadi yang dimaksud dengan air sungai
adalah salah satu badan air yang menghasilkan air di atas permukaan daratan
yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah. Secara umum air baku yang
didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk
tercemar polutan sangat besar (Kusnoputranto, 1986).
2.
Pengolahan Air sungai
Secara alamiah, sungai dapat
tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada sungai yang besar dengan arus air
yang deras, sejumlah kecil bahan pencemar akan mengalami pengenceran sehingga
tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami
pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar.
Hampir setiap hari sungai menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara
alamiah, buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran air permukaan,
daerah urban dan pertanian (Darwono, 2001).
Air sungai pada umumnya telah
mengalami pencemaran, karena itu perlu diolah terlebih dahulu sebelum
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Pengolahan (purifikasi) air ini
dapat dibagi dalam dua golongan yaitu purifikasi alami dan purifikasi buatan.
Dalam purifikasi buatan ini air mengalami tiga proses secara bertahap yaitu
proses koagulasi, filtrasi dan desinfeksi. Setelah mengalami ketiga proses tadi
barulah air sungai dapat dipergunakan untuk kepentingan rumah tangga (RT).
Secara sederhana di tiap-tiap rumah
dapat dibuat instalasi pengolahan air sehingga memenuhi syarat kesehatan yang
akan sangat membantu pula pada usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit yang
ditularkan melalui air. Untuk masyarakat luas pengolahan air permukaan ini
dilaksanakan di instalasi yang dibangun pemerintah dan dibagikan melalui pipa
(Entjang, 1985).
- D. Air Bersih
- 1.
Pengertian Air Bersih
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak mengandung
mineral/kuman-kuman yang membahayakan tubuh. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pengertian
mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Air bersih merupakan air yang tidak
menyebabkan penyakit bagi manusia. Oleh karena itu, air tersebut hendaknya
diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, sekurang-kurangnya
diusahakan mendekati persyaratan air yang telah ditentukan (Kusnoputranto,
2000).
2.
Standar Kualitas Air Bersih
Untuk keperluan hidup manusia
sehari-hari, air harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berdasarkan
kepentingan kesehatan manusia. Hal yang pokok adalah agar air yang diminum atau
dipakai manusia tidak membahayakan manusia. Pada umumnya kualitas air bersih
harus memenuhi syarat-syarat kesehatan baik secara fisik, kimia, bakteriologis
dan radioaktif sesuai Permenkes No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang persyaratan
air bersih (Depkes RI, 1990).
- E.
Kriteria Penyediaan Air Bersih
Untuk mendapatkan hasil perencanaan
sistem penyediaan air bersih yang baik, yaitu supply air tersedia setiap saat
dengan debit dan tekanan yang cukup, serta kualitas memenuhi syarat, maka
diperlukan kriteria perencanaan agar sistem berikut dimensi dan spesifikasi
komponen sistem mempunyai kinerja yang baik. Kriteria perencanaan yang
digunakan berpedoman pada kriteria perencanaan dan petunjuk teknik bidang air
bersih. Secara umum kriteria perencanaan yang digunakan dalam perencanaan
sistem penyediaan air bersih ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Penentuan daerah pelayanan
disesuaikan dengan kondisi setempat berdasarkan kepadatan penduduk.
- Cakupan pelayanan atau
banyaknya penduduk yang dilayani sistem air bersih.
- Tingkat pelayanan atau cara
penyampaian air ke konsumen.
- Usaha pelayanan air bersih ke
konsumen pada umumnya melalui 2 cara yaitu melalui Sambungan Rumah (SR)
dan Hydrant Umum (HU), dengan perbandingan berkisar antara 50:50 atau
80:20 dimana faktor cost recovery merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan. Besarnya angka perbandingan tersebut ditetapkan
berdasarkan hasil survey dilapangan.
- Kebutuhan dasar atau besarnya
pemakaian air perhari, tergantung pada jenis kawasan kota kecil, sedang
dan metropolitan. Di daerah perkotaan, pemakaian air untuk sambungan rumah
adalah 100-120 l/org/hari sedangkan untuk hydrant umum adalah 30
l/org/hari.
- Pelayanan fasilitas non
domestik diperhitungkan sebesar 10-30% dari kebutuhan domestik.
- Kebocoran/kehilangan air,
biasanya diasumsikan sebesar 20% dari total produksi.
- Fluktuasi pemakaian air.
- Pemakaian air pada hari
maksimum = (1,10-1,15) x Qtotal.
- Pemakaian air pada jam maksimum
= (1,50-2,00) x Qtotal.
- Pipa transmisi direncanakan
untuk pengaliran air pada saat debit hari maksimum.
- Pipa distribusi direncanakan
untuk pengaliran air pada saat debit jam puncak.
- Kapasitas reservoir pada
umumnya berkisar antara 15-20% dari total produksi (Qmax).
- Tekanan air dalam pipa:
-
Tekanan maksimum direncanakan sebesar 75 m kolom air
-
Tekanan minimum direncanakan sebesar 10 m kolom air
- Kecepatan pengaliran dalam pipa
-
Transmisi 0,6 – 4,0 m/detik
-
Distribusi 0,6 – 2,0 m/detik
- Koefisien kekasaran pipa
Untuk perhitungan hidrolis baik
untuk pipa transmisi maupun distribusi, koefisien kekasaran pipa (koefisien
Hazen William) digunakan nilai sebagai berikut:
-
Pipa PVC : 120 -140
-
Pipa Steel : 120
-
Pipa GIP : 110
- Pipa distribusi, pengaliran
pada konsumen dengan menggunakan jaringan pipa yang direncanakan dapat
mengalirkan air dengan jumlah sesuai kebutuhan jam puncak dengan waktu
pengaliran sepanjang 24 jam.
- Tekanan dan kecepatan
pengaliran di dalam pipa, tekanan statis maksimum sebesar 75 mka atau
tergantung pada spesifikasi komponen sistem. Kecepatan pengaliran 0,3-3
m/detik.
Kriteria perencanaan didasarkan pada
pedoman perencanaan sektor air bersih yang dikeluarkan oleh Direktorat Air
Bersih PU – Cipta Karya.
Tabel II.3
Alokasi dan Prosentase Pelayanan
No
|
Uraian
|
Prosentase Pelayanan
|
Tingkat Pelayanan
|
1
|
Hidran
Umum
|
Tergantung
dari hasil studi dan kebijakan daerah yaitu berkisar antara 20-40% daerah
pelayanan
|
Tergantung
dari hasil studi dan kebijakan daerah yaitu berkisar antara 50-100 jiwa/HU
|
2
|
Sambungan
Rumah
|
Tergantung
dari hasil studi dan kebijakan daerah yaitu berkisar antara 60-80% pelayanan
|
Tingkat
pemakaian air berdasarkan kategori kota yaitu :
Metropolitan
190 l/org/hari
Kota
Besar 170 l/org/hari
Kota
Sedang 150 l/org/hari
Kota
Kecil 130 l/org/hari
Kecamatan
100 l/org/hari
Dengan
perkiraan 1 SR melayani 4-6 jiwa.
|
3
|
Pemadam
kebakaran
|
Kebutuhan
pemadam kebakaran diambil 20% dari kapasitas reservoir atau 5% dari kebutuhan
domestic
|
Sumber :
Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998
Tabel II.4
Pedoman Perencanaan Air Bersih PU Cipta Karya
No
|
Uraian
|
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduknya
|
||
Kota Sedang
100.000 – 500.000
|
Kota Kecil
20.000 – 100.000
|
Perdesaan
3.000 – 20.000
|
||
1
|
Konsumsi
unit Sambungan Rumah (SR) l/org/hari
|
100-150
|
100-150
|
90-100
|
2
|
Persentase
konsumsi unit non domestik terhadap konsumsi domestik
|
25-30
|
20-25
|
10-20
|
3
|
Persentase
kehilangan air (%)
|
15-20
|
15-20
|
15-20
|
4
|
Faktor
Hari Maksimum
|
1.1
|
1.1
|
1.1-1.25
|
5
|
Faktor
jam puncak
|
1.5-2.0
|
1.5-2.0
|
1.5-2.0
|
6
|
Jumlah
jiwa per SR
|
6
|
5
|
4-5
|
7
|
Jumlah
jiwa per Hidrant Umum (HU)
|
100
|
100-200
|
100-200
|
8
|
Sisa
tekan minimum di titik kritis jaringan distribusi (meter kolom air)
|
10
|
10
|
10
|
9
|
Volume
reservoir (%)
|
20-25
|
15-20
|
12-15
|
10
|
Jam
operasi
|
24
|
24
|
24
|
11
|
SR/HU
(dalam % jiwa)
|
80-20
|
70-30
|
70-30
|
Sumber :
Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998
- F.
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Semakin padat jumlah penduduk dan
semakin tinggi tingkat kegiatan akan menyebabkan semakin besarnya tingkat
kebutuhan air. Variabel yang menentukan besaran kebutuhan akan air bersih
antara lain adalah sebagai berikut:
- Jumlah penduduk
- Jenis kegiatan
- Standar konsumsi air untuk
individu
- Jumlah sambungan
Target pelayanan dapat merupakan
potensi pasar atau mengacu pada kebijaksanaan nasional. Asumsi-asumsi lain yang
digunakan mengikuti kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan
standar yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:
- Cakupan pelayanan
- Jumlah pemakai untuk setiap
jenis sambungan
- Jenis sambungan
- Tingkat kebutuhan konsumsi air
- Perbandingan SR/HU
- Kebutuhan Domestik dan Non
Domestik
- Angka kebocoran
- Penanggulangan kebakaran
Perencanaan pengadaan sarana
prasarana air bersih dilakukan dengan memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang
diperlukan bagi daerah perencanaan. Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan
menggunakan data proyeksi jumlah penduduk, standar kebutuhan air bersih,
cakupan pelayanan, koefisien kehilangan air, dan faktor puncak yang diperhitungkan
untuk keamanan hitungan perencanaan.
- 1.
Satuan Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air terbagi atas kebutuhan
untuk:
- Rumah Tangga
- Non Rumah Tangga
Pemerintah Indonesia telah menyusun
program pelayanan air bersih sesuai dengan kategori daerah yang dikelompokkan
berdasarkan jumlah penduduk.
Tabel II.1
Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
No
|
Kategori Kota
|
Jumlah Penduduk
|
Sistem
|
Tingkat Pemakaian Air
|
|
1
|
Kota
Metropolitan
|
>
1.000.000
|
Non
Standar
|
190
|
|
2
|
Kota
Besar
|
500.000
– 1.000.000
|
Non
Standar
|
170
|
|
3
|
Kota
Sedang
|
100.000
– 500.000
|
Non
Standar
|
150
|
|
4
|
Kota
Kecil
|
20.000
– 100.000
|
Standar
BNA
|
130
|
|
5
|
Kota
Kecamatan
|
<
20.000
|
Standar
IKK
|
100
|
|
6
|
Kota
Pusat Pertumbuhan
|
<
3.000
|
Standar
DPP
|
30
|
|
Sumber :
SK-SNI Air Bersih
Tabel II.2
Tingkat Pemakaian Air Non Rumah Tangga
No
|
Non Rumah Tangga (fasilitas)
|
Tingkat Pemakaian Air
|
1
|
Sekolah
|
10
liter/hari
|
2
|
Rumah
Sakit
|
200
liter/hari
|
3
|
Puskesmas
|
(0,5 –
1) m3/unit/hari
|
4
|
Peribadatan
|
(0,5 –
2) m3/unit/hari
|
5
|
Kantor
|
(1 – 2)
m3/unit/hari
|
6
|
Toko
|
(1 – 2)
m3/unit/hari
|
7
|
Rumah
Makan
|
1 m3/unit/hari
|
8
|
Hotel/Losmen
|
(100 –
150) m3/unit/hari
|
9
|
Pasar
|
(6 – 12)
m3/unit/hari
|
10
|
Industri
|
(0,5 –
2) m3/unit/hari
|
11
|
Pelabuhan/Terminal
|
(10 –
20) m3/unit/hari
|
12
|
SPBU
|
(5 – 20)
m3/unit/hari
|
13
|
Pertamanan
|
25 m3/unit/hari
|
Sumber :
SK-SNI Air Bersih
- 2.
Kehilangan Air
Kehilangan air merupakan banyaknya
air yang hilang. Hilang yang diperlukan bagi penjagaan tujuan penyediaan air
bersih, yaitu tercukupinya kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya dan yang
disebabkan aktivitas penggunaan dan pengolahan air. Kehilangan ini ditentukan
dengan mengalikan faktor tertentu (15-20%) dengan angka total produksi air.
Kehilangan air dapat dibagi menjadi
3 kategori yaitu:
- Kehilangan air rencana (unacounted
for water)
Kehilangan air rencana memang
dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi dan pemeliharaan fasilitas, faktor
ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan hal lain yang direncanakan beban
biaya.
- Kehilangan air insidentil
Penggunaan air yang sifatnya
insidentil, misalnya penggunaan air yang tidak dialokasikan khusus, seperti
pemadam kebakaran.
- Kehilangan air secara
administratif
Kehilangan air secara administratif
adalah dapat disebabkan oleh:
- Kesalahan pencatatan meteran
- Kehilangan air akibat sambungan
liar
- Kehilangan akibat kebocoran dan
pencurian illegal
Perencanaan kebutuhan air bersih
yang aman biasanya memperhitungkan kondisi pada saat terjadinya kebutuhan
maksimum (puncak). Untuk keamanan perencanaan jalur transmisi dan instalasi
pengolahan, digunakan faktor hari puncak, sedangkan untuk keamanan rancangan
reservoir dan distribusi, digunakan faktor jam puncak.
Dalam menangani penyediaan air
bersih umumnya dan air minum pada khususnya perlu adanya standar kualitas air.
Ada beberapa standar kualitas air bersih, diantaranya :
1. Standar Kualitas dari Departemen
Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan RI No
416/Menkes/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Peraturan
ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai
peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan dan mempertinggi
derajat kesehatan masyarakatnya.
2. Standar Kualitas Air WHO
Sebagai organisasi kesehatan
internasional, WHO juga mengeluarkan peraturan tentang syarat-syarat kualitas
air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi. Peraturan yang
ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan sebagai pedoman bagi negara anggota.
Namun demikian masing-masing negara anggota, dapat pula menetapkan
syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.
G.
Air Sungai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI
No 35 tahun 1991 tentang sungai, yang dimaksud dengan sungai adalah
tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air
sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan.
Sungai yaitu saluran pengaliran air
yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di
laut/danau. Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke
tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan
akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang
panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut
alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya
disebut sungai (Gayo, 1994).
Jadi yang dimaksud dengan air sungai
adalah salah satu badan air yang menghasilkan air di atas permukaan daratan
yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah. Secara umum air baku yang
didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk
tercemar polutan sangat besar (Kusnoputranto, 1986).
- H. Debit
Andalan
Debit andalan merupakan debit yang
diandalkan untuk suatu probabilitas tertentu. Probabilitas untuk debit andalan
ini berbeda-beda. Untuk keperluan irigasi biasa digunakan probabilitas 80%.
Untuk keperluan air minum dan industri tentu saja dituntut probabilitas yang
lebih tinggi, yaitu 90% sampai dengan 95% (Soemarto, 1987).
Makin besar persentase andalan
menunjukkan penting pemakaiannya dan menunjukkan prioritas yang makin awal yang
harus diberi air. Dengan demikian debit andalan dapat disebut juga sebagai
debit minimum pada tingkat peluang tertentu yang dapat dipakai untuk keperluan
penyediaan air. Jadi perhitungan debit andalan ini diperlukan untuk menghitung
debit dari sumber air yang dapat diandalkan untuk suatu keperluan tertentu.
- I.
Ketersediaan Air
Ketersediaan air diasumsikan dengan
tersedianya air di sungai, meskipun dalam pengkajian irigasi, curah hujan
efektif juga termasuk dalam ketersediaan air. Perhatian utama dalam
ketersediaan air adalah pada aliran sungai, tetapi dengan beberapa pertimbangan
hujan termasuk di dalamnya (Dep. PU 1983). Faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan air antara lain (Linsley,dkk. 1986). :
- Iklim
- Ciri-ciri penduduk
- Masalah lingkungan hidup
- Industri dan perdagangan
- Iuran air dan meteran
- Ukuran kota
- Kebutuhan konservasi air
- J.
Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah bagian inti
dari hidrologi yang tidak mempunyai awal dan akhir, dimana siklus hidrologi
merupakan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya siklus
hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke
permukaan tanah dan kembali lagi ke laut dan tidak pernah habis. Air tersebut
akan tertahan sementara di sungai, waduk atau danau, dalam tanah sehingga dapat
dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk lain (Asdak, 1995).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
- A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian kwantitatif, yaitu menghitung kwantitas dalam bentuk volume
kebutuhan air bersih pada masyarakat Kota/Kabupaten Jayapura dan jumlah volum
ketersediaaan air bersih pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura.
Metode yang digunakan untuk
menganalisi ketersediaan air adalah dengan menggunakan metode F.J Mock dimana
pada prinsipnya, metode Mock memperhitungkan volume air yang masuk, keluar dan
yang disimpan dalam tanah
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu : Penelitian ini
akan dilaksanakan pada bulan juni 2013.
Tempat : Ada pun tempat
pelaksanaan penelitian yaitu Kota/Kabupaten Jayapura.
C.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah
masyarakat Kota/Kabupaten Jayapura yang menggunakan air bersih dari Persahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura. Sedangkan untuk penelitian ini tidak
menggunakan sampel penelitian karena penelitian ini terdukung dengan
ketersediaan data primer yang lengkap untuk keseluruan populasi.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data pemakaian air bersih oleh masyarakat Kota/Kabupaten
Jayapura yang diambil dari Kantor PDAM Jayapura dan data curah hujan serta
debit sumber air bersih serta beberapa data pendukung yang dibutuhkan dalam hal
ini yang dapat diambil dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Jayapura.
Data primer :
- Curah hujan rata-rata
- Evapotranpirasi
- Kelebihan air (water
surplus)
- Infiltrasi
- Tampungan air Tanah (Ground
Water Storage)
- Aliran dasar (base flow)
- Limpasan permukaan ( run
off)
- Total Aliran (kebutuhan
masyarakat)
Data sekunder :
- Peta wilayah
- Data curah hujan
- Data klimatologi yang terdiri
dari data temperatur,
- Kondisi catchment area
Tidak ada komentar:
Posting Komentar